Potong Generasi Efek #Pilpres

M. Ishom El Saha

Hasil quick count telah menempatkan pasangan no. 2 sebagai peraup suara terbanyak Pilpres 2024. Beberapa data menunjukkan bahwa penentu kemenangan pasangan no. 2 adalah pemilih generasi millenial dan gen Z.

Dengan kata lain, kelompok konstituen ini memiliki harapan bahwa mereka ingin memiliki peran dalam mengisi pembangunan masa depan Indonesia. Harapan mereka adalah mendapatkan kesempatan sebagaimana didapatkan Cawapres pasangan no. 2.

Cara pandang semacam ini termasuk model pemikiran positivisme, yang bisa jadi “dipersoalkan” oleh golongan yang masih berkutat pada pemikiran naturalisme.

Benar bahwa sah-sah saja ingin menjadi sukses akan tetapi, kalau menurut aliran naturalisme, kesuksesan itu harus memperhatikan orang yang lebih tua. Alias harus memperhatikan urut kacang dan norma/etika yang tak terpisahkan dari hukum alam. Tapi sudahlah semua sudah terjadi sedemikian itu.

Dunia ini dewasa ini telah menuntut semua orang dari segala umur untuk lebih ketat berkompetisi. Termasuk tatkala puncuk pimpinan nasional dipegang generasi 90-an, maka besar kemungkinan senior akan menjadi bawahan junior dan terjadilah “potong generasi”.

Apalagi tempat kerja yang lama akan dipindahkan ke lokasi yang baru. Hal ini tentu mengurangi beban psikologis pemutusan hubungan baik secara organis maupun mekanis antara sumberdaya manusia (SDM) yang lama dengan yang baru.

Siap-siap saja, misalnya aparatur negara dan pegawai lainnya yang tak lagi muda namun usianya pensiunnya masih cukup lama untuk menerima kondisi baru ini. Toh, beberapa tahun terkahir sudah terjadi pucuk pimpinan kantor maupun lembaga negara yang dipercayakan kepada tokoh se-usia 40-an tahun. Mereka terpilih melalui proses lelang jabatan dan ditentukan berdasarkan pilihan atasan, yang kebetulan juga anak muda.

Sepertinya siap atau tidak siap, ada tuntutan melakukan potong generasi. Dus, para pegawai yang masih memiliki kesempatan kerja 10 tahunan dituntut legowo menjadi bawahan dari atasan yang lebih muda.

Kalau masih ingin mengabdikan diri maka generasi 70-an dan 80-an harus legowo menjadi bawahan generasi 90-an. Atau kalau tidak demikian berhaluan sebagai begawan yang menata kembali nalar etis kebangsaan dan kenegarawanan untuk kita semua.