Webinar Internasional: Akhlak dan Tasawuf Sebagai Terapi Modernitas

Serang-Webinar internasional yang bertemakan “Akhlak dan Tasawuf” yang digelar secara daring pada Kamis (4/29/21) kemarin, merupakan salah satu Langkah penyadaran Kembali trapi modernitas melalui perspektif akhlak dan tasauf.

Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kerja sama antar Lembaga Perguruan Tinggi Internasional antara Malaysia dan Indonesia yang terdiri dari UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, IAIN Jember, IAIN Kudus, IAIN Kudus, Universias Darussalam Gontor, Universitas Islam Indragiri Riau, STAI Khez Muttaqien dan UTHM dari Malaysia.

Mengusung tema Akhlak dan Tasauf ini merupakan gekelisahan para akademisi mengenai persoalan modernitas. Modernisasi merupakan hasil peradaban yang ditopang dengan pengetahuan saintifik, tolok ukur kemajuan peradaban ini ditandai dengan tumbuh suburnya teknologi terbarukan, sehingga ia mampu menggeser tenaga manusia menjadi tenaga mesin.

Tapi di sisi laim, kemajuan tersebut ternyata menyebabkan tumbuh suburnya imoralitas atau dengan kata lain rapuhnya moralitas. dampaknya, peradaban yang dihasilkan rawan akan malapetaka terutama tergerusnya pada nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini disebabkan, ia secara mayoritas tidak mengindahkan nilai-nilai ketuhanan dan kebenaran relatif yang mengacu kepada rasionalisme, empirisme dan realisme.

Win Ushuluddin Bernadien, salah satu pemantik acara tersebut menuturkan, perlu kiranya untuk menjadikan akhlak sebagai terapi bagi peradaban yang positivistik. “Etika dan akhlak memang memiliki persamaan, tapi juga ada perbedaan. Di mana persamaannya, yaitu sebagai gambaran perbuatan, tabiat dan perangai manusia, sementara perbedaannya, etika bersumber dari indra dan akal relatif, dan akhlak bersumber dari Alquran dan Hadits yang mutlak”.

Sementara Udi Mufrodi, Guru Besar UIN SMH Banten menjelaskan, terkait terapi terhadap modernitas, maka akhlak adalah prinsip yang paling utama, karena itulah Rasul kita diutus sebagai penyempurna Akhlak, tuturnya.

lanjutnya, Akhlak islam ini dapat diimplementasikan dalam kehidupan dan pemerintahan modern. Jika dijaankan akhlak yang berlandaskan nilai-nilai agama maka dapat mengurangi bentuk-bentuk penyimpangan sosial. Karena setiap agama prinsipnya menyimpan linai-nilai moral dan kemanusiaan.

Bernadien menambahkan, adanya korupsi, nir kemanusiaan dan lainnya ini sebagai bentuk penyimpangan akhlak. karenanya ia dipastikan tidak berpegang teguh kepada Kitab sucinya.

Begitu juga dengan tasauf, yang dimaknai secara luas merupakan bentuk asupan terapi rohani dalam relung jiwa manusia, sehingga ia senantiasa dalam konteks terapi modernitas ini membendung subjektifisme atau hawa nafsu pada sikap, prilaku, pandangan dan penilaian yang berdasarkan kepentingan sendiri. Tutur Ijrus Irawan, pemantik dari Universitas Islam Indragiri. (Salim R).